Jumat, 22 Mei 2015

hadarah



Nama Mahasiswa : Tesya Apriliani
NIM   : 1406336
Identitas Buku
Judukl Buku   :موسوعةالحضارة الإسلامية 
Nama penulis:حسن حنفى
Penerbit          :جميع الحقوق محفوظة
Bab                 : 3
Halaman         :101-127

AQLI DAN NAQLI
Pendahuluan
Aqli dan naqli merupakan salah satu ilmu pokok dalam agama. Dan sama halnya dengan (pendengaran dan akal pikiran). Maka dalam pendahuluan ini ditanyakan dan di beberkan pula apakah lebih peting Naqli daripada Aqli, ataukah kedudukan keduanya sama ?
Dan sungguh judul (Aqli dan Naqli) dalam kaidah agama-agama ketika ada slah satu pertnyaan dalam judul ini (perlakuan)apakah dari Allah atau dari hamba. Seperti juga setelah kemunculan pandangan terhadap ketelitian Aqli ada 3: kewajiban, kemungkinan, dan kemustahilan.  Dan menjadi prinsip dari kaidah-kaidah ada 4: 1). Sifat dan Tauhid 2). Memaafkan dan adil 3). Menepati janji dan ancaman dan sumpah dan hukuman 4). Menerima terhadap Aqli dan utusan dan amanah.


Pertama: Objektivitas dan Identitas
Apakah kebaiakan dan keburukan dapat menjadi hal yang penting dalam objektivitas yang efektif, kebebasan, kemungkinan untuk pemikiran untuk memahami bahwa sifat dan dzat-dzat yang dapat mempengaruhi keinginan dan mungkin pemahaman dengan adanya pendengaran ? hal ini dapat merupakan petunjuk  bahwa tidak ada perbandingan keburukan kepada dzat Allah, maka sesungguhnya urusan kekuasaan diatas perpecahan, melakukan sesuatu hal, dan memilih, tidak kekuranagn hasil dan tidak ada tujuan dari pekerjaan itu.
Dan Razi mengeumukakan tiga pendapat dalam hal ini: 1). Ada keburukan yang seluruhnya tidak bisa dipertahankan yang Allah perintahkan. Akan tetapi Allah memerintahkan kepada seluruh orang kafir yang tidak mempunyai kepercayaan agar beriman kepada Allah, dan diantara meraka terdapat pertentangan tentang keberadaan Allah. Dan pada hakikatnya argumen ini merupakan argumen yang sangat dipercaya bahwa Allah itu maha pencipta manusia yang tidak memlihara atas ciptaan Allah. Maka Allah belum menyuruh orang-orang kafir untuk beriman karena keimanan orang-orang kafir itu     bagi manusia, dan mereka mampu menyingkirkan perbedaan antara pilihan keyakianan merka tanpa adanya kekufuran. 2). Walaupun banayak kejelakan yang sangat banyakkepada Allah maupun kepada manusia, maka harusnya atidak ada keburukan bagi Allah dan begitu pula seharusnya kepada manusia juga. 3). Perkataan yang dusta dalam keadaan darurat menjermuskan kepada kesesatan, dan dalam kematiannya kelak akan dituntut tentang hal yang sebenarnya.dan kebenaran itu merupakan tempatnya kebijaksanaan terhadap pekerjaan yang baik maka tidak akan ada keburukan.
Dan pengetahuan yang baik pun dapat dimulai dengan menggunakan akal pikiran, dan apabila manusia tidak bisa menggunakan akal pikirannya maka merka akan mudah tertipu.
Dengan adanya perbedaan dan perselisihan maka mereka wajib mengetahui tiga artinya: 1).Akan ada tindakan yang tidak pasti, dan tindakan yang dulu yaitu tindakan yang tidak tetap dimana tindakan itu seperti melalaikan perintah Allah dan tidak sesuai dengan hal yang diharapkan. 2).Keyakinan terhadap makna-maknayang berhubungan dengan kesejahtraan  yang berkaitan pula dengan matri pembicaraan yang praktis yang berkaitan dengan petunjuk. 3).kewajiban yang kehilanagn atas perintah yang mustahil.
Dan Abu Hadzli A’lafi (226 H) pergi menenemui orang yang beriman kpada Allah dengan dalil yang didengar dan dari selain pendapat dan meninggalkan terhadap pengetahuan. Sedangkan Ja’far Ibnu Harbi (234 H) dan Ja’far Ibnu Mubasyir (236 H) dengan adanya akal pikiran maka wajib mengetahui tentang adanya Allah dan mengetahui seluruh ketentuan dan sifat-sifat-Nya sebelum memahami. Adapun Abu Ali Jabaii (295 H) dan anaknya Abu Hasyim (321 H) sungguh akal itu dapat menetapkan ketaatan terhadap ketaatan kepada para nabi.
Kedua: kewajiban/tugas akal pikiran
Dan kewajibannya yaitu beribah kepada apa yang telah Allah perintahkan, dan tidak mengalihkan dari apa yang sudah ditentukan oleh akal pikiran dan kewajiban terhadap sesuatu tergantung dari ketepatan apa yang mereka minta dan apa yang ingin mereka selesaikan.
Arazi mengemukakan dalam (prinsip-prinsip ilmu agama) ada tiga pendapatyang dapat mendorong  kepada hal-hal yang bermanfaat. 1). Bahwa perbuatan mendekatkan kepada Allah yang dapat menjadiakan dermawan atau dapat pula trdapat perintah seperti itu. 2). Ilmu yang berkaitan dengan kejadian, bahwa kejadian itu bisa berlangsung diwaktu tertentu. 3). Allah mengetahui bahwa mustahil menyuruh orang-orang kafir untuk beriman dan taat. Bahwa pada dasarnya kepercayaan orang-orang kafir itu tidak bisa dipaksaka terlebih dalam beragama.
Ghazali berpendapat untuk memisahkan cara berdakwah yang bersih menjadi tiga metode:
1). Bahwa Allah boleh tidak menciptakan mahluknya, maka apabila Allah tidak menjadikannya maka tidak ada kewajiban terhadap-Nya. Pada hakikatnya manfaat dan kepentingan itu tidak ada hubungannya dengan Allah.
2). Dan boleh bagi Allah memrintahkan untuk beribadah maupun tidak. Seperti halnya terhadap Abu Jahal yang dengan keimanannya yang kafir.
3). Boleh bagi Allah menentukan apakah amhluknya bersalah atau tidak tanpa adanya perbedaan, dan Allah merupakan raja dari segala yang ada.
4). Tidak wajib bagi Allah, adalah memelihara dan mengembalikan seseorang untuk beribadah akan tetapi ini tergantung kepada kamauan dan keputusan yang diinginkannya.
5). Tidak wajib bagi Allah memberikan pahala, dan meminta untuk beribadah dan taat, terhadap pahala dan hukuman yang diberikan, dan terhadap seeuatu yang dirampas atau yang diumpuk, dan tidak peduli juga apabila orang-mrang kafir meminta pengampunan kepada orang-orang mu’min, karena mereka tidak meminta pengampunan kepada Allah. Maka Allah akan memeberikan pahala hanya kepada orang-orang yang beribadah dan bersyukur kepada-Nya dan mereka akan mendapatkan kebaiakan.
6). Da kewajiban yang harus dikerjakan yaitu beribadah dan bersyukur terdap nikmat yang Allah berikan supaya mendapatkan manfaat, dan Allah dapat menjadikan sesuatu yang bermanfaat menjadi sia-sia dengan kekuasaannya.
7). Boleh mengirimkan utusan hal itibukan merupakan kemustahilan seperti halnya perkataan Barhamah dan tidak wajib mengatakan tentang kebohongan.
Dan sungguh beberapa kebohongan menjadikan perbedaan akan tetapi ada kemungkinan yang dapat diambil pelajarannya dalam tujuh hal:
1)   Mengetahui bahwa berhubungan dengan Allah hal yang selalu diutamakan.
2)   Bersyukur dengan sungguh-sungguh, bahwa Allah telah menciptakan manusia dan memberikan manfaat tanpa adanya madorot (bahaya).
3)   Bahwa Allah dapat melaukukan hal-hal yang diluar nalar (pikiran) yang tidak fapat diperkirakan.
4)   Allah maha lembut dan dekat dengan hambanya yang taat.
5)   Pahala bagi orang yang taat, maka setiap kesulitan akan dibayar dengan pahala, dan tidak menyalahi terhadap hal yang sulit namun tetap disyukuri.
6)   Hukuman bagi kaum-kaum yang belum bertaubat ketika mereka telah mengetahui tentang kewajiban terhadap Allah.
7)   Allah menyuruh kepada orang-orang yang soleh untuk beribadah didunia.  Maka apa yang diciptakannya mempunyai suatu kewajiban terhadap Allah, dan ketika mereka dapat menggunakan akal pikiran mereka dengn sempurna.
Ketiga: Maksud dan tujuan
Apa yang Allah perintahkan merupakan suatu cara yang mengarahkan pada maksud tertentu. Dan dalam hal ini terdapat tiga pendapat: 1). Apa yang Allah perintahkan mempunyai maksud tertentu karena ada dzat yang tidak sempurna terahadapmyang lainnya. 2). Bahwa takdir Allah dapat menjadi bata karena adanya maksud tertentu, tujuan itulah yang  akan memberikan manfaat. 3). Bahwa tujuan yang khusus itu dicari maknanya dengan waktu yang lama supaya mendapatkan hal yang tidak biasa yang akan menjadi perbincangan dikemudian dan akan menjadi tujuan dari sebuh petunjuk dalam pembahasan.
Orang-orang yang ingkar mempunyai suatu pertimbangan terhadap perintah Allah dengan maksud dan tujuan yang dinginkan terhadap berakhirnya suatu kemenangan yang memeberi hikmah. Seperti halnya keingkaran itu mempunyai suatu tujuan antara pencipta dan yang diciptakan dan menjadikan perintah Allah sebagai suatu kewajiban tanpa suatu sebab ataupun tujuan atau penyebab. Sesungguhnya keingkaran yang besar itu keingkaran yang penting dalam syar’i dalam hal keberadaan wahyu yang diturunkan kepada utusannya seperti halnya dengan jelas terdapat dalam ayat Al-qur’an:
(وماخلقت الجن ولأنس الا ليعبدون) (56:51)
(وما ارسلناك الا رحمة للعلمين) (107:21)
Keempat:Penderitaan dan kerugian
Undang-undang yang pantas untuk menentukn hukuman dan undang-undang yang jelas itu adalah yang terbebas dari kebohongan dan mampu tidak menimbulkan kemungkaran dan penolakan.
            Sebelum adanya penderitaan yang sudah ditakdirkan Allah, maka ketika adanya dampak dari perintah Allah maka itu merupakan kebaikan yang sama seperti dampak dimulainya atau berlangsungnya suatu perkara.
Dan sungguh perbedaan itu juga mendatangkan kerugiaan. Maka ketika adaya petunjuk yang menyatakan adanya perintah selain dari Allah karenanya tidak ada suatu keburukan pun yang berasal dari Allah.
            Dan dalam kesimpulannya dari tofik (Aqli dan Naqli) seperti halnya yang dipaparkan dalam ilmu-ilmu pokok agama sebagai berikut:
1)   Aqli (akal pikiran) sangatlah penting dalam ilmu pokok agama dan penting juga untuk memaparkan dalil Aqli yang digunakannya. Maka Aqli sangat penting bagi Naqli, maka Naqli tidak dapat berdiri sendiri tanpa Aqli.
2)   Aqli sangat penting dalam topik keadilan. Yang meliputi keadialan ketika adanya kebohongan, ada dua topik: kemerdekaan dalam bertindak dan kebaikan dan keburukan. Dan ada kemerdekaan yang tidak dapat diganggu kecuali terhadap perbedaan antara akal pikiran dan kebaikan dan kejahatan. Maka akal pikiran merupakan yang harus dijungjung kemerdekaannya.
3)   Penting juga dalam topik penganiyaan dan penderiyaan dan kehendak manusia dalam kehidupan didunia yang memeperkuat peraturan yang pantas diterima dan peraturanyang baik dari yang terbaik, dan adanya persetujuan yang berhubungan dengan maksud dan tujuan sehingga manusia dapat melakukan rencana dan tujuan dalam hidup mereka.
4)   Pentingnya dalm menentukan kadar ketidakhadiran terhadap penyaksian seperti adanya kefakiran. Maka manusia tidak menegtahui terhadap apa yang diketahui tentang jalan yang khusus didunia.
5)   Sesungguhnya keinginan dalam keadilan dan dalam hal tersebut menjadikan adanya topik yang baik yang berhubungan dengan tujuan dan perlindungan, namun ini  bukan tentang  hak-hak Allah namun dengan takdirnya Allah mmberikan perlindungan terhadap setiap hk-hak mausia.
6)   Tidak ada hal yang bertentangan dengan kebaikan orang-orang muslim sekarang, dan pengetahuannya yaitu  adanya kemunafikan dari hal-hal yang menuju topik yang menjadikan kebenaran terhadap sauatu permintaan. Maka dengan adanya bukti yang dituju dan dimaksud dapat bermanfaat bagi mereka dan berikut resiko yang dapat mereka hadapi dalam menumakan tujuan dan maksud tersebut. Dan sunnguh dapat menjadi pendorong dalam hal kebiakan dari sebuah persetujuan tentang adanya balasan.
Analisis: Kehidupan manusia tidak terlepas dari yang namanya akal pikiran, karena akal pikiran merupakan titik pusat manusia. Dengan pikiran, manusia dapat melakukan segala sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh hewan lain yang diciptakan Allah SWT. karena manusia merupakan hewan yang   berakal dan merupakan khalifah dimuka bumi. Namun, terkadang manusia melakulakan kerusakan dimuka bumi dan melupakan kewajiban mereka untuk memelihara bumi. Manusia dengan segala kelebihannya dapat mengelola semua hal yang ad dibumi. Namun kadangkala manusia hanya menggunakan akal pikiran mereka untuk kepentingan sendiri. Zaman sekarang, banyak manusia hanya menggunakan akal pikiran mereka tanpa mengetahui dalil yang berkaiatan dengan hal yang mereka kerjakan. Padahal dengan adanya dalil naqli yang sudah Allah wahyukan kepada Rasul-rasul-Nya manusia dapat mempelajari dan mengetahui hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, manusia mulai melupakan dalil-dalil naqli dan hanya terus mencari ilmu pengetahuan tanpa menyisipkan ilmu-ilmu naqlinya. Padahal, dalam llmu naqli sudah dipaparkan dengan jelas tentang segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi dan antara yang mustahil dan yang nyata sekalipun. Berbeda halnya dengan zaman dulu, masih banyak ilmuwan-ilmuwan yang taat beragama namun apabila dilihat zaman sekarang manusia banyak yang hanya berfokus pada ilmu keduniaan saja, padahal mereka sendiri tahu bahwa kehidupan didunia hanya sementara. Tapi, mereka seakan tak peduli dan seakan merasa bahwa mereka akan hidup kekal selamanya didunia.
Komentar:Naqli merupakan dalil-dalil yang berasal dari Al-quran dan As-sunnah yang digunakan dalam kehidupan.  Aqli(akal) adalah daya pikir yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala (untuk manusia) kemudian diberi muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan yang dapat melahirkan sejumlah aktivitas pemikiran yang berguna bagi kehidupan manusia yang telah dimuliakan oleh Allah Azza wa Jalla.Dalam hal penggunaannya kadangkala manusia masih bingung. Namun, para mendahulukan naqli dibandingkan aqli. Berbeda halnya dengan para ilmuan yang yang lebih mendahulukan aqli dibanding dengan naqli, mungin juga dikarnakan mereka tidak mengenal apa itu naqli dan hanay mengetahui hasil dari pemikiran mereka saja. Seperti halnya para ahlu sunnah mereka pun berpendapat hal yang sama, sebagaimana yangdiungkapkan oleh :
Ulama Salaf (Ahlus Sunnah) “senantiasa mendahulukan naqli (wahyu) atas ‘aql (akal). Naql adalah dalil-dalil syar’i yang tertuang dalam Al-Qur-an dan As-Sunnah. Sedangkan yang dimaksud dengan akal menurut Mu’tazilah adalah, dalil-dalil ‘aqli yang dibuat oleh para ulama ilmu kalam dan mereka jadikan sebagai agama yang menundukkan (mengalahkan) dalil-dalil syar’i.”

Mendahulukan dalil naqli atas dalil akal bukan berarti Ahlus Sunnah tidak menggunakan akal. Tetapi maksudnya adalah dalam menetapkan ‘aqidah mereka tidak menempuh cara seperti yang ditempuh para ahli kalam yang menggunakan akal semata untuk memahami masalah-masalah yang sebenarnya tidak dapat dijangkau oleh akal dan menolak dalil naqli (dalil syar’i) yang bertentangan dengan akal mereka atau rasio mereka.
Adapun menurut, Imam Abul Muzhaffar as-Sam’ani rahimahullah (wafat th. 489 H)[12] berkata: “Ketahuilah, bahwa madzhab Ahlus Sunnah mengata-kan bahwa akal tidak mewajibkan sesuatu bagi seseorang dan tidak melarang sesuatu darinya, serta tidak ada hak baginya untuk menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, sebagaimana juga tidak ada wewenang baginya untuk menilai ini baik atau buruk. Seandainya tidak datang kepada kita wahyu, maka tidak ada bagi seseorang suatu kewajiban agama pun dan tidak ada pula yang namanya pahala dan dosa.
Secara ringkas pandangan Ahlus Sunnah tentang penggunaan akal, di antaranya sebagai berikut:[13]
1.      Syari’at didahulukan atas akal, karena syari’at itu ma’shum sedang akal tidak ma’shum.
2.      Akal mempunyai kemampuan mengenal dan memahami yang bersifat global, tidak bersifat detail.
3.      Apa yang benar dari hukum-hukum akal pasti tidak bertentangan dengan syari’at.
4.      Apa yang salah dari pemikiran akal adalah apa yang bertentangan dengan syari’at.
5.      Penentuan hukum-hukum tafshiliyah (terinci seperti wajib, haram dan seterusnya) adalah hak prerogatif syari’at.
6.      Akal tidak dapat menentukan hukum tertentu atas sesuatu sebelum datangnya wahyu, walaupun secara umum ia dapat mengenal dan memahami yang baik dan buruk.
7.      Balasan atas pahala dan dosa ditentukan oleh syari’at.
Dalam berpendapat ahli sunnah tersebut memang benar adanya, oleh sebab itu keberadaan aqli dan naqli tidak seharusnya dijadikan perdebatan. Namun keberadaannya tidak bisa dipisahkan satusama lainnya, aqli dan naqli saling membutuhkan. Apabila sesautu permasalahan tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan akal pikiran maka pasti masalah itu dapat dipecahkan dengan dalil naqli, begitu pun sebaliknya. Namun antara aqli dan naqli tidak boleh ada pertentangan.Dalam pemaparan diatas bahwa telah digambarkan beberapa hal-hal yang positif yang diambil pelajarannya bahwa diantara aqli dan naqli ini sama-sama merupakan hal yang penting.
Sebaiknya manusia dapat mengetahui dan memahami tentang pentingnya aqli dan naqli dalam kehidupan mereka. Namun, disisnilah kesulitannya banyak manusia yang tidak paham akan pentingnya aqli dan naqli. Apabila manusia hanya menggunakan aqli saja maka akan terjadi hal yang tidak sesuai dengan ajarana agama. Namun, beda halnya dengan manusia yang menegrjakan suatu hal yang menggunakan aqli dan dibarengi dengan naqli maka disanalah akan terjadi keharmonisan dan kesimbangan dalam hal tersebut, dan tidak mungkin adanya pertentanagan pula diantara keduanya. Memang dalam kehidupan manusia terjadi banayk permasalahan yang kadang kala diluar nalar manusia yang tidak dapat diselesaikan dengan akal pikiran saja. Bila sudah seperti inni, maka dengan naqli dapat diselesaikan dengan mencari jalan keluar dari adanya penjelasan dan pemahaman. Dengan begitu antara aqli dan naqli tidak ada pertentangan sama sekali.
Allah menyampaikan wahyu (naqli) supaya dapat dijadikan sebagai pedoman bagi kehidupan manusi yang dibarengi dengan adanya akala pikiran (aqli) supaya menjadikan kehidupan manusia seimbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar