BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fakta serta realita yang terjadi di dunia
pendidikan mengenai sebuah kesenjangan antara sistem pembelajaran serta metode
dengan pribadi seorang siswa secara psikologi.
Kondisi
Psikologi seorang siswa merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses dan
hasil pembelajaran tetapi pada kenyataanya seringkali diabaikan karena terikat
pada suatu kurikulim ataupun sistem yang berlaku.
Sistem serta
model pembelajaran itulah yang sudah seharusnya kita kritisi, sistem serta model
pembelajaran yang tidak mensyaratkan keberpihakannya terhadap kondisi psikologi
siswa. Karena sistem itu sudah jelas-jelas tidak sesuai dengan kondisi
kemanusian saat ini. Kondisi kemanusiaan yang saat ini menjadi lebih komplek
dan dihadapakan pada permasalahan sosial yang begitu kompleks pula.
Permasalahan-permasalahan
itu akan berdampak besar pada ketercapaian tujuan dari pendidikan, sehingga
kita tidak bisa menunggu lama untuk dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan
terburuk yang akan terjadi sebagai dampak dari model pembelajaran yang saat ini
dirasakan kurang tepat untuk digunakan.
Ini bukanlah
tugas pemerintah, guru, atau lembaga-lembaga pendidikan saja. Ini merupakan
tugas kita semua. Apalagi kita adalah mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia yang notabene disiapkan untuk menjadi pendidik. Maka dari itu jangan
sampai kita mengulangi kesalahan yang sama dengan menerapkan model pembelajaran
seperti itu. Kita harus menjadi generasi pelurus memberikan kontribusi positif
untuk dunia pendidikan
Dari permasalahan
tersebut, muncul lah pertanyaan besar, “lalu bagaimana dan seperti apa model
pembelajaran yang berpihak pada kondisi psikologi siswa?”. Sebuah pertanyaan
itulah yang menjadi latar belakang kami membahas tentang “Model Pembelajaran
Berbasis Bimbingan” pada makalah ini.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar pembelajaran yang berbasis bimbingan
?
2. Bagaimana model-model pembelajaran yang berbasi pada bimbingan ?
3. Apa saja yang menjadi tujuan dalam bimbingan pembelajaran ini ?
4. Bagaimana ragam layanan dalam bimbingan pembelajaran ini ?
5. Apa yang dimaksud dengan ragam pendekatan bimbingan ?
6. Bagaimana teknik-teknik model pembelajarn berbasis bimbingan ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep dasar pembelajaran yang berbasis
bimbingan
2. Mengetahui model-model dasar pembelajaran yang berbasis pada bimbingan
3. Mengetahui tujuan dalam bimbingan pembelajaran
4. Mengetahui ragam layanan dalam bimbingan pembelajaran
5. Mengetahui maksud dari ragam pendekatan
6. Mengetahui teknik-teknik pembelajaran berbasis bimbingan
1.4 Metode penyusunan
Makalah ini disususn dengn menggunakan metode kajian
pustaka, dimana penyusun mengkaji beberapa referensi dari berbagai sumber yang
kemudian disimpulkan dan disusun menjadi makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Dasar
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Secara filosofis, manusia memiliki potensi
untuk dikembangkan seoptimal mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten power,
yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum
menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan perkembangan
optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prestasi (achievment)
sesuai dengan yang diprediksikan.
Secara
psikologis manusia itu bersifat unik, memiliki kebebasan, kemerdekaan untuk
mengembangkan keunikannya. Dilihat dari segi manusia sebagai makhluk sosial,
dalam kehidupan sosial budaya akan terjadi perubahan sistem nilai dalam kehidupan
sosial budaya. Nilai menjadi hal yang penting, oleh karenanya bimbingan dan
konseling membantu individu memelihara, menginternalisasikan, memperhalus, dan
memaknai nilai sebagai landasan dan arah mengembangkan diri.
Hal lain yang
menjadi alasan perlunya bimbingan adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Peserta didik memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan
minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang cenderung
semakin berubah dan meluas.
a.
Konsep
Bimbingan
Secara harfiah istilah “guidance” dari akar
kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3)
mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Banyak pengertian bimbingan
dikemukakan oleh para ahli diataranya sebagai berikut.
Shertzer dan
Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada
individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).”Sunaryo Kartadinata
(1998: 3) mengartikannya sebagai “proses membantu individu untuk mencapai
perkembangan optimal”. Sementara Rochman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan
bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan
kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan
hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat
pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan optimal sebagai
makhluk sosial.
Dari definisi
diatas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses
berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar
berkembang secara optimal.
Membantu
merupakan sesuatu yang tidak dirasakan sebagai paksaan, dan makna bantuan dalam
bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi
masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri,
pembimbing hanya sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan juga
dapat dimaknai sebagai upaya untuk :
a.
Menciptakan
lingkungan (fisik, psikis, sosial dan spiritual) yang kondusif bagi
perkembangan siswa
b.
Memberikan
dorongan dan semangat
c.
Mengembangkan
keberanian bertindak dan bertanggung jawab
d.
Mengembangkan
kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri.
Perkembangan optimal adalah perkembangan yang
sesuai dengan potensi individu dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan
benar. Perkembangan optimal merupakan kondisi dinamik, dimana individu mampu
mengenal dan memahami diri, berani menerima kenyataan diri secara subyektif, mengarahkan
diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai dan melakukan pilihan
dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
b.
Konsep
Pembelajaran
Syaiful Sagala
(2003), Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya
proses belajar pada diri siswa. Sumber lain menyebutkan pembelajaran merupakan
upaya yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau membelajarkan
diri. Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat
dari pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif
dan normatif.
Dari pernyataan
diatas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk
diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada
pencapaian kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa
lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta didik yang positif dan normatif.
Maka dari itu, pembelajaran seyogyanya berlandaskan pada prinsip-prinsip
bimbingan yaitu yang didasarkan pada:
·
Needs assesment
(sesuai dengan kebutuhan)
·
Dikembangkan
dalam suasana membantu (helping relationship):
a.
Empati
b.
Keterbukaan
c.
Kehangatan
Psikologis
d.
Realistis
·
Bersifat
memfasilitasi
·
Berorientasi
pada:
1.
Learning to be
: belajar menjadi
2.
Learning to
learn : belajar untuk belajar
3.
To work :
belajar untuk bekerja dan berkarir
4.
And to live
together : belajar untuk hidup bersama
5.
Tujuan utama
perkembangan potensi secara optimal
2.2
Model-model
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan
cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus
ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi
dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media
yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini
disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif
sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang
dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks
(prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk
melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
1.
Koperatif (CL,
Cooperative Learning)
Pembelajaran
koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature
dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Jadi model
pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks
pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2.
Kontekstual
(CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh
indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan),
inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,
menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi
konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak
lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian
portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan
berbagai cara).
3.
Pembelajaran
Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan
yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar
akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung.
Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan
terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut
dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
4.
Pembelajaran
Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan
adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model
pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri.
5.
Problem Solving
Dalam hal ini
masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal
cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah:
sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau
individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa
mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.
6.
Problem Posing
Bentuk lain
dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan
melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar,
identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative,
menyusun soal-pertanyaan.
7.
Problem Terbuka
(OE, Open Ended)
Pembelajaran
dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga
bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan
orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi,
sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan
metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban
siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai
jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan
proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah
haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram,
table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan
dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit
dilepas mandiri).
Sintaknya
adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat
respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
8.
Probing-prompting
Teknik
probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan
baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan
baru tidak diberitahukan.
Dengan model
pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak
sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak
bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam
proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian
bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian
pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada
canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan
ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah
adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
2.3
Tujuan
Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan adalah agar
individu dapat;
1.
Merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya pada masa
yang akan datang.
2.
Mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
3.
Menyesuaikan
diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan
kerjanya
4.
Mengatasi
hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat ataupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka harus
mendapatkan kesempatan untuk;
1.
Mengenal dan
memahami potensi, kekuatan, serta tugas-tugasnya
2.
Mengenal dan
memahami potensi-potensi yang ada dilingkungannya
3.
Mengenal dan
menentukan tujuan, rencana hidupnya, serta rencana pencapaian tujuan tersebut
4.
Memahani dan
mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri
5.
Menggunakan
kemampuan untuk kepentingan dirinya, lembaga tempat bekerja dan masyarakat
6.
Menyesuaikan
diri dengan keadaan dan tuntutan dari
lingkungannya
7.
Mengembangkan
segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat, teratur, optimal.
2.4
Ragam Layanan
Bimbingan
a.
Layanan dasar
bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk
membantu seluruh peserta didik mengembangkan prilaku efektif dan
keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas pengembangan
peserta didik. Tugas-tugas perkembangan peserta didik itu sebagai berikut.
1.
Mencapai perkembangan
diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
2.
Mempersiapkan
diri menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan
psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
3.
Mencapai pola
hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau
wanita.
4.
Memantapkan
nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan social yang
lebih luas.
5.
Mengenal
kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni.
6.
Mengembangkan
pengetahuandan keterampilan sesuai dengan kebutuhan untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karir serta berperan dalam
kehidupan masyarakat.
7.
Mengenal
gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,
social, dan ekonomi.
8.
Mengenal system
etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat,
dan minat manusia.
Layanan dasar bimbangan ini juga berisi layanan
bimbingan belajar, bimbingan sosiall, bimbingan pribadi, dan bimbingan karir.
Layanan ini ditujukan kepada selluruh peserta didik, disajikan atau diluncurkan
dengan menggunakan strategi klasikal dan dinamika kelompok.
b.
Layanan
responsif
Layanan
responsive adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi
kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan
ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Srtategi yang digunakan
adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan
responsif ini adalah:
1.
Bidang
pendidikan
2.
Bidang belajar
3.
Bidang social
4.
Bidang pribadi
5.
Bidang karir
6.
Bidang tata
tertib sekolah
7.
Bidang
narkotika dan perjudian
8.
Bidang perilaku
seksual
9.
Bidang
kehidupan lainnya.
c.
Layanan
perencanaan individual
Layanan
perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu seluruh
peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan,
karir,dan social pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini adalah membantu
peserta didik nenabtau dan memahami pertumbuhan dan perkembangan sendiri,
kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencana itu atas hasil
pemantauan dan pemahamannya itu. Strategi peluncurannya itu adalah konsultasi
dan konseling.
Isi layanan perencanaan individual sebagai
berikut.
1)
Bidang
pendidikan dengan topik-topiknya
belajar dengan efektif, belajar
memantapkan program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat, dan karakteristik
kepribadian lainnya.
2)
Bidang karir
dengan topik-topiknya mengidentifikasi kesempatan karir
yang ada dilingkungan masyarakat, mengembangan sikap yang positif terhadap
dunia kerja, dan merencanakan kehidupan karirnya.
3)
Bidang
social-pribadi dengan topik-topiknya
adalah mengembangkan konsep diri yang positif, belajar menghindari konflik
dengan teman, dan belajar memahami perasaan orang lain.
d.
Dukungan system
Dukungan
system adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui
pengembangan professional;hiubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan
guru, staf ahli/penasehat, masyarakat
yang lebih luas; manajemen program; penelitian dan pemngembangan. (Thomas
Ellis, 1990)
2.5
Ragam
Pendekatan Bimbingan
1. Pendekatan krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan
kuratif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami
krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan mengatasi krisis atau
masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis pembimbing
menunggu individu yang datang. Selanjutnya, mereka memberikan bantuan sesuai
denganmasalah yang dirasakan individu.
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran
psikoanalisis menekankan pengaruh peristiwa-peristiwa masa lampau sebagai hal
yang menentukan bagi berfungsinya kepribadian individu saat ini.
1.
Pendekatan
remedial
Pendekatan remedial meruupakan pendekatan
bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kelemahan atau
kekurangan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu memperbaiki
kekurangan/kelemahan yang dialami individu.
Pendekatan remedial banyak dipengaruhi oleh
aliran psikologi behavioristik. Psikologi behavioristik menekankan perilaku
individu disini dan saat ini.
2.
Pendekatan
preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang
diarahkan pada antisipasi masalah-masalah umum individu, mencegah jangan sampai
masalah tersebut menimoa individu. Pembimbing memberikan upaya, seperti
informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
Pendekatan preventif tdk didasari oleh teori
tertentu yang khusus. Pendekatan ini mempunyai banyak teknik, tetapi hanya
sedikit konsep.
3.
Pendekatan
perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan pada
pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada individu secara optimal. Setiap
individu memiliki potensi dan kekuatan-kekuatan tertentu melalui penerapan
berbagai teknik bimbingan potensi, kemudian kekuatan-kekuatan tersebut
dikembangkan. Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua
individu bukan hanya kepada individu yang sedang menghadaoi masalah. Bimbingan
pendekatan b\dapat dilaksanakan secara individual, kelompok, bahkan klasikal
melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, serta penyaluran
minat dan bakat.
2.6
Teknik-Teknik
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Ada beberapa
macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan
individu, yaitu konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan
mengajar bernuansa bimbingan.
1.
Konseling
Konseling
merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap
dan perilaku individu. Konseling dilaksanakan melalui wawancara (konseling)
langsung dengan individu. Konseling ditujukan kepada individu yang normal,
bukan yang mengalami kesulitan jiwa, melainkan hanya mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Dalam konseling
terdapat hubungan yang akrab dan dinamis. Individu merasa diterima dan
dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan tersebut, konselor menerima individu
secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Individu (konseli) merasakan ada
orang yang mengerti masalah pribadinya, mau mendengarkan keluhan dan curahan
perasaannya.
Dalam konseling
berisi proses belajar yang ditujukan agar konseli (individu) dapat mengenal
diri, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis dalam
kehidupannya di kampus ataupun luar kampus. Dalam konseling tercipta hubungan
pribadi yang unik dank has, dengan hubungan tersebut individu diarahkan agar
dapat membuat keputusan, pemilhan, dan rencana yang bijaksana, serta dapat
berkembang dan berperan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu
individu agar lebih mengerti dirinya sendiri, mampu mengeksplorasi dan memimpin
diri sendiri, serta menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya. Proses konseling
lebih bersifat emosional diarahkan pada perubahan sikap, perubahan pola-pola
hidup sebab hanya dengan perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadi
perubahan perilaku dan penyelesaian masalah.
2.
Nasihat
Nasihat
merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh konselor
ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Berdasarkan
masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh klien (individu)
b.
Diawali dengan
menghimpun data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
c.
Nasihat yang
diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih oleh individu, disertai
kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
d.
Penentuan
keputusan diserahkan kepada individu, alternatif mana yang akan diambil, serta
e.
Hendaknya,
individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang diambilnya
3.
Bimbingan
Kelompok
Bimbingan
kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi
kelompok. Bimbingan kelompok dapat beruapa penyampaian informasi ataupun
aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan
sosial.
Bimbingan
kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2-6 orang),
kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas
(20-40 orang). Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam
kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas , serta
meraih masa depan dalam studi, karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok
diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman
lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri.
Pemberian
informasi banyak menggunakan alat-alat dan media pendidikan seperti, OHP, kaset
audio-video, film, bulletin, brosur, majalah, buku, dan lain-lain.
Kadang-kadang konselor mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah
(informasi) tentang hal-hal tertentu.
Pada umumnya
aktivutas kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok seperti
dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi dan lainnya.
Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu
lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman,
rencana, dan penyelesaian masalah.
4.
Konseling Kelompok
Koseling
kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat
penvegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok merupakan bersifat
pencegahan dalam arti, bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan
normal atau berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi, memiliki beberapa
kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi
dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat memberi kemudahan bagi
pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti memberikan kesempatan,
dorongan, juga pengarahan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk
mengubah sikap dan perilakunya selaras dengan lingkungannya.
Konseling
kelompok merupakan proses antarpribadi yang dinamis, terpusat pada pemikiran
dan perilaku yang sadar, serta melibatkan fungsi-fungsi terapi, sperti
permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai,
salingmemperlakukan dengan hangat, saling pengertian, saling menerima dan
mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam suatu
kelompok kecil melalui cara saling mempedulikan diantara para peserta konseling
kelompok. Individu dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu normal
yang memiliki berbagai kepedulian dan kemampuan, serta persoalan yang dihadapi
bukanlah gangguan kejiwaan yang tergolong sakit, hanya kekeliruan dalam
penyesuaian diri. Individu dalam konseling kelompok menggunakan interaksi
kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan
tujuan-tujuan tertentu untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan
perilaku yang tidak tepat.
5.
Belajar
Bernuansa Bimbingan
Individu akan
lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip dan
memberikan bimbingan waktu belajar. Secara umum bimbingan yang dapat diberikan
guru/dosen sambil mengajar adalah: (1) mengenal dan memahami individu secara
mendalam, (2) memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual, (3)
memperlakukan individu secara manusiawi, (4) member kemudahan untuk
mengembangkan diri secara optimal, dan (5) menciptakan suasana kelasyang
menyenangkan.
Suasana kelas
dan proses belajar-mengajar yang menerapkan prinsip-prinsip bernuansa bernuansa
bimbingan tampak sebagai berikut.
a.
Tercipta iklim
kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan individu sebagai
subjek pengajaran.
b.
Adanya
arahan/orientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik dalam bidang
studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhanperkuliahan.
c.
Menerima dan
memperlakukan individu sebagai individu yang mempunyai harga diri dengan
memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya.
d.
Mempersiapkan
serta menyelenggarakan perkuliahan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
individu.
e.
Membina
hubungan yang dekat dengan individu, menerima individu yang akan berkonsultasi
dan meminta bantuan
f.
Dosen/guru
berusaha mempelajari dan memahami individu untuk menemukan kekuatan, kelamahan,
kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama dalam hubungannya dengan
bidang studi yang diajarkannya.
g.
Memberikan
bentuan kepada individu yang menghadapi kesulitan, terutama yang berhubungan
dengan bidang studi yang diajarkannya.
h.
Pemberian
informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan/karier
i.
Memberikan
bimbingan kelompok di kelas
j.
Membimbing
individu agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
k.
Memberikan
layanan perbaikan bagi individu yang memerlukannya
l.
Bekerja sama
dengan dosen, wali kelas,konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam memberikan
bantuan yang dibutuhkan oleh individu.
m.
Memberikan
umpan balik atas hasil evaluasi
n.
Memberikan
pelayanan rujukan (referal)bagi individu yang memiliki kesulitan yang tidak
dapat diselesaikan oleh dosen sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Secara filosofis, manusia memiliki potensi
untuk dikembangkan seoptimal mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten power,
yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum
menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk perilaku. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar
kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3)
mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). pembelajaran seyogyanya
berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu yang didasarkan pada:
·
Needs assesment
(sesuai dengan kebutuhan)
·
Dikembangkan
dalam suasana membantu (helping relationship):
·
Bersifat
memfasilitasi
·
Berorientasi
pada:
Dalam pembahasan ini ada
beberapa poin-poin yang dibahasa, yaitu:
1.
Model-model
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
2.
Tujuan
Bimbingan
3.
Ragam Layanan
Bimbingan
4.
Ragam
Pendekatan Bimbingan
5.
Teknik-Teknik
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Dengan demikian konsep
pembelajaran berbasis bimbingan ini merupakan salah satu konsep yang digunakan
untuk pengenbangan individu. Dimana hal ini supaya setiap individu dapat
mengembangkan potensi dirinya dengan bantuan bimbingan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Juntika, Achmad. 2012. Strategi
Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung. PT Refika Aditama.
Juntika, Achmad. 2011. Bimbingan dan Konseling. Bandung. PT Refika
Aditama.
Risyana, Eka. (2009). Pengertian Bimbingan dalam Konsep Bimbingan
dan Konseling.[Online].Tersedia:http://risyana.wordpress.com/2009/04/20/pengertian-bimbingan-dalam-konsep-bimbingan-dan-konseling/ [ 25 Maret 2013]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar